Kesenian Reog Indonesia
Indonesia mempunyai beraneka ragam
budaya. Mulai dari Sabang sampai Merauke tersebar hasil olah karya
bangsa Indonesia. Salah satunya yaitu kesenian Reog. Reog sebagaimana
kita ketahui adalah hasil karya anak bangsa Indonesia yang telah
berumur ratusan tahun. Reog bukanlah milik negara lain. Bukan hasil
olah budaya bangsa lain. Apalagi milik negara tetangga kita. Tetapi
kesenian Reog adalah milik kita, bangsa Indonesia.
Reog adalah kesenian asli Indonesia yang
pertama kali berasal dari Ponorogo. Sekarang ini kesenian Reog sudah
tersebar di mana-mana. Reog sudah dikenal oleh masyarakat dunia. Di
Ngawi saja ada kesenian Reog. Saya jumpai seniman Reog yang berada di
desa Klitik.
Seminggu yang lalu tanggal 25 Juni 2012,
di desaku menggelar pagelaran Reog. Pegelaran itu dalam rangka
“Nyadran” atau bersih desa di desa saya, desa Kartoharjo. Kesenian Reog
masih diminati oleh masyarakat. Buktinya warga masyarakat di desaku
banyak yang melihat kesenian Reog tersebut. Mulai dari anak-anak hingga
orang tua tak ketinggalan menikmati kesenian Reog. Itu menunjukkan warga
masyarakat (di desaku) begitu antusias menikmati kesenian Reog. Saya
pun tak ketinggalan untuk menyaksikan pagelaran Reog tersebut.
Negara kita pernah mempunyai catatan
kelam tentang kesenian Reog. Beberapa tahun yang lalu, Reog pernah
diklaim oleh negara lain. Reog kita sempat diakui milik negara lain.
Negara itu adalah negara tetangga kita, Malaysia. Negara yang juga
berbatasan langsung dengan Indonesia. Hal itu membuat gempar masyarakat
Indonesia (mungkin juga dunia).
Negara yang ingin mengklaim hasil budaya
kita adalah negara yang minim budaya. Mungkin juga tak berbudaya.
Budaya kita lebih kaya dibandingkan dengan dengan budaya negara-negara
tetangga kita. Sehingga negara tetangga kita berusaha untuk merebut
kebudayaan dari negara kita.
Untuk menghasilkan suatu kebudayaan
tidak semudah membalikkan telapak tangan kita. Kebudayaan tidak bisa
diciptakan begitu saja. Artinya, untuk menghasilkan suatu kebudayaan
diperlukan pemikiran. Diperlukan pengorbanan. Dan pemikiran itu tak
hanya sekedar pemikiran. Kalau hanya sekedar pemikiran saja mungkin
hasil budaya itu tidak atau kurang memiliki nilai.
Seperti kesenian Reog yang memerlukan
pemikiran yang tak sekedar pemikiran. Maka dari itu Reog memiliki nilai
seni yang tinggi. Bagaimana jika kesenian Reog diklaim atau dicuri oleh
negara lain? Tentu saja kita (Indonesia) pasti rugi besar. Bagaimana
tidak, kesenian Reog memiliki nilai seni yang tinggi. Bisa jadi kesenian
Reog kita tak ternilai harganya.
Agar budaya kita tidak dicuri oleh
negara lain, kita selayaknya peduli akan budaya kita. Apalagi itu adalah
budaya yang positif. Budaya yang membangun bangsa. Yang lebih berperan
penting dalam kelestarian budaya atau kesenian negara sendiri adalah
pemerintah kita sendiri. Pemerintah selayaknya peduli dengan kesenian
kita.
Pemerintah jangan tinggal diam jika
kebudayaan kita dicuri atau diklaim oleh negara lain. Seperti dalam
kasus Reog kita yang pernah diklaim oleh Malaysia. Akan lebih baik bila
pemerintah mendaftarkan atau mematenkan kebudayaan atau kesenian kita.
Maka kesenian kita akan diakui oleh dunia internasional. Kesenian kita
bisa mendapatkan apresiasi oleh negara lain.
Untuk melestarikan kebudayaan,
pemerintah bisa melakukan regenerasi kepada generasi penerus. Contohnya,
kesenian atau kebudayaan itu diajarkan kepada para pelajar kita. Mereka
masih muda jadi dapat mewarisi kebudayaan asli Indonesia. Apa jadinya
bila seniman Reog sudah berusia lanjut tetapi generasi muda tidak
mengerti akan kesenian Reog tersebut. Mungkin Reog bisa punah. Kita
semua tidak menginginkan hal itu terjadi.
Bila kita mencintai kebudayaan Indonesia
khususnya Reog, maka masyarakat kita akan tetap peduli akan kelestarian
Reog tersebut. Minimal seperti saya, mau menonton pagelaran Reog
meskipun saya tidak bisa memainkan Reog. Hehehe…
Akhirnya, semoga kesenian Reog kita
tetap lestari. Reog kita bisa diterima dunia Internasional. Tidak ada
yang mengklaim Reog kita (lagi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar