Jumat, 22 Februari 2013

 Kesenian Reog Indonesia

Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya. Mulai dari Sabang sampai Merauke tersebar hasil olah karya bangsa Indonesia. Salah satunya yaitu kesenian Reog. Reog sebagaimana kita ketahui adalah hasil karya anak bangsa  Indonesia yang telah berumur ratusan tahun. Reog bukanlah milik negara lain.  Bukan hasil olah budaya bangsa lain. Apalagi milik negara tetangga kita. Tetapi kesenian Reog adalah milik kita, bangsa Indonesia.
Reog adalah kesenian asli Indonesia yang pertama kali berasal dari Ponorogo. Sekarang ini kesenian Reog sudah tersebar di mana-mana. Reog sudah dikenal oleh masyarakat dunia. Di Ngawi saja ada kesenian Reog. Saya jumpai seniman Reog yang berada di desa Klitik.

Kesenian Reog. Sumber gambar : tourdevanjava.com
Seminggu yang lalu tanggal 25 Juni 2012, di desaku menggelar pagelaran Reog. Pegelaran itu dalam rangka “Nyadran” atau bersih desa di desa saya, desa Kartoharjo. Kesenian Reog masih diminati oleh masyarakat. Buktinya warga masyarakat di desaku banyak yang melihat kesenian Reog tersebut. Mulai dari anak-anak hingga orang tua tak ketinggalan menikmati kesenian Reog. Itu menunjukkan warga masyarakat (di desaku) begitu antusias menikmati kesenian Reog. Saya pun tak ketinggalan untuk menyaksikan pagelaran Reog tersebut.
Negara kita pernah mempunyai catatan kelam tentang kesenian Reog. Beberapa tahun yang lalu, Reog pernah diklaim oleh negara lain. Reog kita sempat diakui milik negara lain. Negara itu adalah negara tetangga kita, Malaysia. Negara yang juga berbatasan langsung dengan Indonesia. Hal itu membuat gempar masyarakat Indonesia (mungkin juga dunia).
Negara yang ingin mengklaim hasil budaya kita adalah negara yang minim budaya. Mungkin juga tak berbudaya. Budaya kita lebih kaya dibandingkan dengan dengan budaya negara-negara tetangga kita. Sehingga negara tetangga kita berusaha untuk merebut kebudayaan dari negara kita.
Untuk menghasilkan suatu kebudayaan tidak semudah membalikkan telapak tangan kita. Kebudayaan tidak bisa diciptakan begitu saja. Artinya, untuk menghasilkan suatu kebudayaan diperlukan pemikiran. Diperlukan pengorbanan. Dan pemikiran itu tak hanya sekedar pemikiran. Kalau hanya sekedar pemikiran saja mungkin hasil budaya itu tidak atau kurang memiliki nilai.
Seperti kesenian Reog yang memerlukan pemikiran yang tak sekedar pemikiran. Maka dari itu Reog memiliki nilai seni yang tinggi. Bagaimana jika kesenian Reog diklaim atau dicuri oleh negara lain? Tentu saja kita (Indonesia) pasti rugi besar. Bagaimana tidak, kesenian Reog memiliki nilai seni yang tinggi. Bisa jadi kesenian Reog kita tak ternilai harganya.
Agar budaya kita tidak dicuri oleh negara lain, kita selayaknya peduli akan budaya kita. Apalagi itu adalah budaya yang positif. Budaya yang membangun bangsa. Yang lebih berperan penting dalam kelestarian budaya atau kesenian negara sendiri adalah pemerintah kita sendiri. Pemerintah selayaknya peduli dengan kesenian kita.
Pemerintah jangan tinggal diam jika kebudayaan kita dicuri atau diklaim oleh negara lain. Seperti dalam kasus Reog kita yang pernah diklaim oleh Malaysia. Akan lebih baik bila pemerintah mendaftarkan atau mematenkan kebudayaan atau kesenian kita. Maka kesenian kita akan diakui oleh dunia internasional. Kesenian kita bisa mendapatkan apresiasi oleh negara lain.
Untuk melestarikan kebudayaan, pemerintah bisa melakukan regenerasi kepada generasi penerus. Contohnya, kesenian atau kebudayaan itu diajarkan kepada para pelajar kita. Mereka masih muda jadi dapat mewarisi kebudayaan asli Indonesia. Apa jadinya bila seniman Reog sudah berusia lanjut tetapi generasi muda tidak mengerti akan kesenian Reog tersebut. Mungkin Reog bisa punah. Kita semua tidak menginginkan hal itu terjadi.
Bila kita mencintai kebudayaan Indonesia khususnya Reog, maka masyarakat kita akan tetap peduli akan kelestarian Reog tersebut. Minimal seperti saya, mau menonton pagelaran Reog meskipun saya tidak bisa memainkan Reog. Hehehe…
Akhirnya, semoga kesenian Reog kita tetap lestari. Reog kita bisa diterima dunia Internasional.  Tidak ada yang mengklaim Reog kita (lagi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar